Tote Bag

Menjahit adalah aktivitas yang terkadang membuat cape, tapi saat melihat hasilnya akan muncul kebahagiaan tersendiri…

Salah satunya hari ini.. Saya mencoba membuat tote bag ala-ala.. Bagi sebagian orang mungkin sederhana dan mudah, tapi bagi saya yang malas membuat pola apalagi harus ukur ini itu sambil buat garis bantu, ini benar-benar menantang..

Tapi lagi-lagi, saat melihat hasilnya, MasyaaAllah senang sekali…

Surprise

Agak norak, tapi tak apa lah.. Momen langka tetap perlu didokumentasikan 😁

Kemarin adalah jadwal wisuda di kampus suami  dan beberapa teman beliau termasuk yang diwisuda, sehingga sejak pagi suami, profesor dan semua teman labnya berfoto bersama..

Pulang siang untuk shalat Jumat, tiba-tiba  suami datang dengan sebuah buket bunga yang sangat cantik sambil bilang, “Ini buat umi..” Tapi reflek pertama saya adalah, “Eh…Dikasih Tanzia?”.. Kkkk.. Siapa sangka ternyata beliau beneran beli sendiri khusus untuk saya bukan ngambil atau dikasih dari temannya yang wisuda..Dan tentu saja saya senaaang sekali.. Seharian kemarin rasanya hati berbunga-bunga.. Dih lebay.. Biarin😅

Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimush shaalihaat… ❤️❤️❤️

14 Februari

Alhamdulillah ‘alaa kulli haal, wastagfirullahal’adziim..

Sebenarnya hari ini terasa gloomy, namun harus tetap mengedepankan husnudzon ilallah..

Berikhtiar sudah, berdoa sudah, ketika hasil tak sesuai dengan yang kita harapkan, dengan yang kita anggap baik, maka kembalikan semuanya kepada Allah Yang Maha Mengetahui Maha Bijaksana..

Tetap melangkah, tetap merajut amal-amal kebaikan ke depan, tetap memetik hikmah atas setiap takdirNya..

PR kita ternyata amat banyak…Yuk, kita mulai, setidaknya dari anak-anak kita…

Pemilu, Penting Ga Sih?

“Kapan pulang?”

“Nanti insyaallah, pokoknya kalau pemilu udah selesai..”

Begitu lah pak suami menjawab kalau ditanya orang-orang, karena memang jadwal lulus beliau harusnya di pertengahan 2024 atau awal 2025..

Tapi sebenarnya bukan hanya karena itu. Kami termasuk yang agak aras-arasan jika menghadapi hiruk pikuk pemilu di tanah air, terutama Pilpres, apalagi kalau mengingat pembelahan yang terjadi pada 2019 lalu. Pun kami termasuk yang agak sebal dengan aneka glorifikasi zaman itu yang sampai menyama-nyamakan pemilu dengan Perang Badar hingga Perjanjian Hudaibiyah, bahkan ada menyamakan salah satu capres saat itu dengan amirul mukmin Umar RA.. Duh.. Saya pribadi tidak pernah mau fanatik dan baper dengan tokoh politik, karena mereka manusia biasa. Bahkan dalam politik itu ada istilah “tidak ada lawan atau kawan abadi, yang ada kepentingan abadi”, ini lah yang kadang tidak masuk di pemikiran awam seperti kami ketika harus melihat atraksi para politikus.

Lalu bagaimana dong? Apa jadi apolitis saja? Oh tentu tidak…

Kalau kata Gus Baha, “Apakah kita ridha orang-orang shalih dipimpin oleh orang yang tidak sholat?”..

Maka, ketika musim pemilu saat ini, apa yang kami lakukan untuk menentukan pilihan?

1. Mendengar pendapat para asaatidz yang selama ini menjadi rujukan ilmu, karena bagaimana pun kami ini orang awam..

2. Membaca visi misi dan melihat rekam jejak para capres dan cawapres, pun partai-partai. Mana kah di antara mereka yang valuenya mendekati dengan value yang kami pegang.. Memang tidak ada yang sempurna, tapi kita masih bisa memilih mana yang kebaikannya lebih banyak dan keburukannya lebih sedikit.. Apalagi sekarang sudah banyak dialog dengan berbagai lembaga atau komunitas yang tayangannya bisa ditonton di youtube, ada debat juga, bahkan visi misi mereka pun bisa kita dapatkan dan baca.

3. Istikharah dan doa

Saya masih ingat, pada pemilu tahun 2004 dulu, Apa dan Uwa menceritakan istikharah mereka yang menjadikan mereka mantap untuk memilih salah satu partai saat itu.. Kok lebay sih, ini kan cuma pemilu? Ini ga lebay bagi kami. Begini lah muslim, dalam hal apa pun harus selalu melibatkan Allah…

Sumber gambar: akun X Pak Ainun Najib

Jadi, milih siapa nih?

Rindu

“Banyak yang sudah berubah” .. Begitulah yang saya katakan kepada suami tadi malam saat menceritakan kerinduan saya kepada kampung halaman..

Entah bagaimana, tapi tadi malam kami malah random ngobrol perbandingan Bahasa Sunda dan Jawa. Namun tiap kali mengatakan kata berbahasa Sunda maka saat itu pula saya teringat rumah di Garut dan kenangan yang berkelabatan silih berganti… Kenangan-kenangan masa kecil saya…

Sungguh, kini terlalu banyak yang sudah berubah.. Betapa banyak orang-orang tercinta yang kini sudah tiada, dan saat kami pulang nanti tak lagi dapat kami temui kehadirannya..

Rindu…

Kami dan 2023…

Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimush shaalihaat..

Tahun 2023 segera berlalu, ada rasa sedih, bahagia, juga haru.. Sudahkah setahun ke belakang terisi dengan amal kebaikan ataukah lebih banyak kesia-siaan?

Tahun 2023, kami masih di sini, menjalani perantauan di negeri Ginseng.. Dengan rutinitas yang hampir sama dengan sebelumnya namun lebih berwarna..Alhamdulillah

Tahun ini abinya anak-anak menjalani tahun ketiga perkuliahannya, banyak nikmat dan kemudahan yang Allah berikan untuknya, nikmat bertemu orang-orang baru juga berkunjung ke banyak tempat baru.. Allahu yubaarik fiih

Tahun ini kakak Kayyis melewati kelulusan SD dan masuk jenjang SMP.. Masih dengan rutinitas sekolah onlinenya dan hobi menggambarnya.. Kakak Kayyis yang dengan segala keterbatasan tetap sibuk dengan pertemanan jarak jauhnya bersama sahabat-sahabatnya… Allahu yubaarik fiihaa..

Tahun ini teteh Aghniya menjalani pengalaman baru dalam hidupnya.. Untuk pertama kali dia sekolah tatap muka walau dengan keterbatasan bahasa.. Sudah satu tahun berjalan dan dia tetap menjalaninya dengan antusias dan semangat.. Allahu yubaarik fiihaa..

Tahun ini Zahir masih menjalani rutinitasnya berkunjung ke rumah sakit dan minum obat. Ya, ternyata sudah setahun lebih.. Ada banyak kekhawatiran umi untuk Zahir yang biarkanlah umi lantunan saja semua itu di hadapan Allah… Allahu yubaarik fiih…

Lalu, apa yang telah saya jalani setahun ini?

My Self

“Coba kita tanya, siapa orang yang paling sering di WA umi…” celetukan abinya anak-anak suatu sore… Mungkin dikiranya beliau lah yang akan jadi jawabannya.. Tapi ternyata.. ” My self lah yang paling sering umi WA.. Kkkk”, jawab saya.. Iya, jadi saya punya dua nomor WA yang salah satunya kadang dipakai si sulung untuk ngobrol sama temen-temen nya, dan nomor itu juga lah yang paling sering saya WA untuk nyampah kalau lagi mau ngedraft WA yang agak serius ke orang lain atau grup-grup kkk…

Ngomong-ngomong tentang diri sendiri, terkadang karena rutinitas harian, emak-enak macam saya ini suka lupa kepada dirinya sendiri.. Bahasa kerennya emak teh butuh Me Time..

Tiap orang tentu punya cara me time sendiri, tapi me time saya adalah berdialog dengan diri sendiri yang mana sebenarnya saat itu lah saya sedang ingin berdialog khusus dengan Allah…Saat badan dan pikiran sudah sangat lelah, saya sebenarnya hanya butuh waktu sedikit saja untuk sendiri sesaat.. Gelar sejadah pakai mukena, mojok berdoa…Bawa hape mojok juga, nulis atau nonton yang bisa bikin ketawa…

Aghniya Masuk SD

MasyaaAllah.. Sekian purnama sudah saya absen dari blog ini…

Sebagai awalan, marilah meracau saja..hehe..

Mau cerita tentang pengalaman teteh Aghniya akhirnya masuk public school di sini.. Sempat maju mundur, bahkan sempat berdebat dengan pak suami, tapi akhirnya malah beliau yang semangat mencoba..

Pertimbangan utama sebenarnya karena kami kasian dengan teteh Aghniya yang selama ini belum sekalipun merasakan sekolah offline ataupun memiliki teman sendiri yang memang benar-benar temannya bukan karena ikut si kakak.. Singkatnya kami ingin memberinya pengalaman baru dalam kehidupan bersosialnya…

Kedua, sejujurnya kami sempat khawatir terkait agama, karena tentu sekolah di sini tidak ada penanaman iman, adab Islam, apalagi Al Quran. Tapi akhirnya kami memutuskan untuk tetap mengikutkan Aghniya di lembaga pendamping HS di Indonesia walaupun dia masuk public school di sini, karena semua hal tadi jauh lebih berharga dan tetap harus diutamakan dalam pendidikan.

Awalnya kami tidak berharap banyak, karena ada satu syarat untuk pendaftaran yang kami tidak punya saat itu, yaitu buku data vaksinasi.. Zaman Aghniya imunisasi dulu di bu bidan, mana ada pakai buku, yang ada hanya keras warna pink yang entah kemana rimbanya.. Sempat mencoba meminta dibuatkan semacam bukti vaksin dari klinik bidan yang dulu, tapi ternyata tidak bisa karena datanya sudah tak ada, secara sudah 6 tahun lalu hehe.. Akhirnya pasrah di detik-detik akhir mencoba datang saja ke Boegonso untuk meminta sertifikat data vaksinasi dengan hanya mengandalkan tulisan sesuai ingatan saya kapan saja jadwal vaksinasi yang sudah dilakukan Aghniya.. Tanpa tanya ini itu, ternyata bisa.. Waah.. MasyaaAllah..

Tantangan berikutnya ternyata di sekolah Aghniya tidak diizinkan membawa bekal makan siang sendiri, tidak seperti pengalaman beberapa kawan kami yang menyekolahkan anaknya di public school lain. . Ini bikin deg-degan sih.. Alhamdulillah sejak awal kami komunikasikan kepada wali kelasnya dengan rinci bahwa karena alasan agama Aghniya tidak akan bisa memakan A,B,dst, dan meminta beliau untuk tidak khawatir karena di rumah Aghniya tetap memakan makanan lengkap sehat dan bergizi.. Setiap awal bulan, sekolah biasanya akan memberikan daftar menu harian untuk sebulan, maka setiap pagi Aghniya akan diberi tahu apa saja yang bisa dia makan hari itu dan mana saja yang harus ia tinggalkan.. Sering sekali dia hanya bisa makan nasi, buah, dan susu saja..

Tantangan lain, tentu saja masalah bahasa.. Saat mendaftar kami sampaikan bahwa Aghniya bisa membaca dan menulis Hangeul tetapi tidak bisa untuk berkomunikasi. Tapi sekolah tidak mempermasalahkan sama sekali bahkan menyediakan kelas tambahan khusus bahasa Korea untuk anak-anak asing atau campuran..

Saat saya menulis ini, Aghniya sudah masuk semester keduanya di sekolah.. Kadang saya bingung bagaimana selama ini dia bertahan dan berkomunikasi dengan guru dan teman-temannya, tapi kalau ditanya, dia sendiri pun suka bingung menjelaskannya.. Hehe.. Kalau kata abinya, selama Aghniya setiap pagi masih semangat untuk berangkat sekolah, artinya dia baik-baik saja..

Saat Upacara Penerimaan

Nikmat Melangkah Kembali..

Bismillah…

Ada banyak yang ingin diceritakan sebenarnya, tapi yang utama dan pertama adalah rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah Jalla Jalaluh atas segala nikmat dan karuniaNya…

Lebih dari 3 bulan sejak tegak diagnosis terhadap Zahir, lalu ia menjalani pengobatan, alhamdulillah banyak sekali perkembangan yang terlihat…Sekarang Zahir sudah bisa berjalan seperti biasa bahkan sudah senang berjalan jauh sambil naik skuter kecilnya, padahal sebelum sakit dia lebih senang duduk di strollernya.. Kini, ia sudah bisa berlari bahkan lebih cepat dari sebelumnya.. Ia juga sudah bisa melompat-lompat bahkan hobinya sekarang adalah main perosotan..Alhamdulillah.. Alhamdulillah…

Dan akhirnya yang kami rindukan pun tiba. Saat malam hari, kembali lagi ia beratraksi, panjat sana-sini, lompat sana sini, tendang sana dan sini.. Tapi setiap jengkel dan hendak mengeluh, kami teringat, “Bukankah ini yang kita rindukan berbulan-bulan yang lalu saat dia sakit?”

Masih ada 2 bulan dengan obat yang sama.. Mudah-mudahan di pertemuan berikutnya dengan dokter, Zahir sudah benar-benar pulih dan bisa segera melepas obat-obatnya… Aamiin Allahumma Aamiin…

Episode Bersama Zahir

Bismillah.. Alhamdulillah ‘alaa kulli haal..

Hampir 3 bulan yang lalu, kami mulai melihat ada yang aneh dari cara Zahir berjalan.. Awalnya kami mengira hal ini terjadi karena efek toilet training, mungkin jalannya menjadi aneh karena dia belum terbiasa tanpa diapers.. Lalu perlahan, dia makin kesulitan untuk duduk dari posisi berdiri, sulit pula untuk berdiri dari posisi duduk, bahkan dia harus menyeret kakinya agar bisa melangkah.. Jarak kemampuannya berjalan pun makin berkurang tiap harinya..Pekan pertama dia masih bisa berjalan dari kamar kami ke pintu depan.. Pekan berikutnya hanya bisa sampai ke kamar kakak-kakaknya, dan puncaknya dia sama sekali sudah tidak melangkahkan kakinya..

Perjalanan berobat pun sangat lama dan harus sabar menunggu.. Berbekal pengalaman saat Zahir patah tangan dulu, tak lama setelah mendapat surat rujukan dari dokter anak di dekat rumah, kami pun menghubungi salah satu rumah sakit anak terbesar yang ada di Seoul. Itu pun sambil bertanya kepada teman-teman kiri kanan. Qodarullah karena ini adalah rumah sakit utama, antrian untuk bisa mendapatkan jadwal konsultasi pun lumayan lama. Jarak antar konsultasi dan aneka tes pun bisa memakan waktu 2-4 pekan..

Selama proses bolak-balik rumah sakit 3 bulan itu, qodarullah masih belum tegak juga diagnosis mengenai penyebab kondisi Zahir, sedangkan kekuatan kakinya dari hari ke hari terus melemah..Ada saat – saat di mana Zahir bahkan menolak untuk berdiri, sekadar duduk pun ingin bertumpu di badan orang lain. Sedikit saja kakinya tersenggol akan langsung mengaduh dan menangis, subhanallah…

Kami bertemu dengan dokter neurologi, dokter orthopedi, hingga dokter rheumatologi .. Dari mulai tes darah yang berulang-ulang , X-ray, ultrasound tulang, scan tulang, hingga MRI harus Zahir jalani.. Alhamdulillah setelah sekian lama akhirnya mulai ada titik terang penyebab Zahir menjadi seperti ini..

Yang saya takjub, MasyaaAllah, adalah bagaimana sikap abinya menjalani hari-hari seperti ini bersama Zahir.. Di saat saya terkadang overthinking karena terlalu banyak browsing, beliau selalu bilang , “Untuk apa Mi browsing ini itu, tidak memberi solusi.. Perbanyak saja doa, kalau sudah 1.000 kali berarti tambah lagi jadi 1.001, 1.002….” Atau kata-katanya “Umi sedih? Kalau abi bahagia melihat Zahir masih bisa tertawa..” “Zahir shalih, tidak apa-apa ya, InsyaaAllah nanti Zahir bisa lari lebih cepat.. Kalau Zahir sudah bisa berjalan lagi, abi ajak ke masjid InsyaaAllah..” Allahu Yubaarik fiih~~

Saat ini, Zahir akhirnya mau belajar lagi untuk berdiri, mau belajar berjalan lagi walau masih sembari berpegangan, Alhamdulillah .. Ada Kakak dan Teteh sebagai supporter setia di rumah, yang selalu mengapresiasi tiap langkah barunya, membuatnya makin semangat unjuk kebolehan… MasyaaAllah…

Sekarang, setiap melihat perkembangan Zahir yang membaik pelan-pelan menjadi momen bersyukur yang amat berharga bagi kami..Alhamdulillah.. Melihat dia merangkak lagi, melihat dia berdiri lagi memunculkan rasa bahagia. Bahkan momen dia menendangkan kakinya ke badan kami saat jumpalitan, yang dulu bisa sukses membuat saya menggerutu, kali ini malah membuat saya terharu..

Bersama Zahir rasanya kehidupan semakin berwarna.. MasyaaAllah.. Ada hari-hari dan malam-malam di mana dada ini rasanya sesak sekali karena sedih dan khawatir. Lalu ada hari-hari yang membuat kami bahagia dan bersyukur walau hanya dengan melihat langkah kecilnya seperti saat bayi dia melangkahkan kaki pertama kali…Alhamdulillah kami diberi dua kali kesempatan berbahagia melihat Zahir belajar berjalan..

Masih akan ada sesi-sesi berkunjung ke rumah sakit berikutnya.. Masih ada pengobatan yang harus dilaluinya.. Segala kekuatan hanya berasal dari Allah.. Yang Maha Menyembuhkan adalah Allah..Semoga Allah segera memberikan kesehatan kembali untuk Zahir.. Kelak, mungkin Zahir tidak akan ingat masa-masa ini, tapi akan umi ingatkan bahwa Zahir pernah Allah takdirkan menjalani semua ini.. . Maka ketika nikmat sehat dan berjalan itu Allah kembalikan, hanya untuk keta’atan lah itu dipergunakan, Nak..

===

Menjalani episode ini saat jauh dari kampung halaman awalnya terasa sangat berat.. Tetapi Allah lah sebaik-baik penolong dan pemberi kekuatan, kemudian doa dari keluarga dan teman-teman, serta dukungan dari saudara-saudara seperantauan yang luar biasa. Ada saja yang tiba-tiba suka menanyakan kabar Zahir bahkan tahu kapan Zahir akan ke dokter, yang mengirimkan support materi dan moril yang berharga. Semuanya… jazaakumullahu khayran.. ❤️❤️