Keluarga Da’wah

Ciri-ciri rumah tangga kader da’wah :
1. Sendi bangunannya adalah ketaqwaan kepada Allah SWT
2. Kebahagiaan hakiki muncul dari jiwa yang dipenuhi ketaqwaan kepada Allah
3. Sederhana dan mengutamakan prioritas. Mengurangi hal-hal yang bersifat tersier dan menjauhi israf (berlebih-lebihan)
4. Dalam hal makanan dan pakaian lebih menekankan kesederhanaan, kebersihan, dan menghindari yang haram atau syubhat. Memiliki alokasi dana untuk lebih banyak bersedekah
5. Dalam hal belanja :
– Mencari rezeki yang halal
– Perlu ada kesepakatan antara suami dan istri dalam hal anggaran
– Mencukupkan diri dengan hal-hal primer dan menjauhi yang tersier
– Mementingkan kepentingan ibadah kepada Allah, seperti naik haji, zakat, dan sedekah

Sumber : Al-Intima’ ed.006 tahun 2010

“Apa”

Jadi teringat artikel-artikel di TARBAWI edisi khusus beberapa bulan lalu..” AYAH PUNYA CARANYA SENDIRI DALAM MENCINTAI KITA”… (Yah,,jadi tiba-tiba kangen gini)

“Apa” itulah sebutanku untuk ayah tercinta…Tak jauh dari apa yang dituliskan di artikel-artikel itu, ayahku pun sama seperti ayah yang lain,,lebih sering diam, jarang mengekspresikan perasaan, dsb…Tapi bagiku kesan dirinya begitu dalam, sama dalamnya dengan “mamah”ku…

Masih ingat bagaimana ketika kecil, seusai pengajian, “Apa” menceritakan kisah para nabi dan perjuangan umat Islam dulu..Lalu seiring aku tumbuh, sering sekali ia mengajakku berdiskusi bahkan berdebat..Kalau sudah ngobrol bisa sampai tengah malam,,dan suara kami bisa bikin orang-orang ga bisa tidur (saking kencengnya kalau ngobrol). Dan masih banyak lagi kenangan yang lain,,hmmm

Tapi ada satu hal yang begitu melekat dalam ingatan…
Bertahun-tahun lalu, pada suatu malam aku bermimpi. Mimpi yang sebenanrnya tidak mengenakkan. Di mimpi itu “Apa” meninggal dan aku menangis sejadi-jadinya,,,tapi tiba-tiba ia datang dan berkata,,” Teh, jangan nangis nanti juga ketemu lagi di Syurga”…Lalu di mimpi itu aku bertekad ingin jadi anak shalih biar suatu saat ketika maut benar-benar memisahkan kami, aku tidak akan sedih karena yakin akan pertemuan yang lebih abadi…

Yah,,mimpi itu selalu aku ingat sampai sekarang,,sampai-sampai waktu aku masih polos dulu,,aku rajin ngaji dsb karena aku termotivasi ingin berkumpul lagi sama ” Apa” nanti di syurga.. (sekarang baru sadar kalau yang harusnya jadi motivasi adalah Allah semata)…

Suatu hari “Tetehku” bertanya,,”Wulan, kriteria calon suaminya seperti apa?”,,waduh bingung lah ditanya gitu, mana sempet mikirin kriteria calon suami mikir mau nikah aja masih lama..Trus dengan enteng kujawab ” Seperti bapak saya Teh”..(hah?? tetehku bingung)
Selama hidup, ya “Apa”ku lah laki-laki terdekat,,dengan segala kelebihan dan kekurangannya,aku mengagumi beliau.. Tentu kalau minta yang seperti Rasulullah atau para sahabat aku juga malu, siapa diri ini, makanya kujawab,,minimal seperti “Apa”,,Seseorang yang bisa membimbingku semakin dekat dengan Allah, menjaga hijab, bisa memenuhi hausku akan ilmu,bisa menjawab pertanyaan-pertanyaanku, dsb…Dan tanpa sadar itulah do’a yang selalu kupanjatkan pada Allah ketika meminta pendamping hidup..

Akhirnya, tibalah saatnya ketika “seseorang” datang mengkhitbahku…Sedari awal aku berprinsip, siapapun yang “diberikan” ayahku akan kuterima,,,dan ternyata “dia” lah yang menurut “Apa” pantas untukku…

Dan saat itu pun tiba,,detik-detik harus memulai hidup baru, serasa menjadi detik-detik perpisahan dengannya walaupun bukan berarti terpisahnya ikatan, hanya terpisah secara kesempatan saja.. Yang mungkin dulu pundaknya lah tempat aku bersandar, tapi sekarang bukan lagi.. Yang dulu mungkin cintaku untuknya,,tapi sekarang harus kubuka ruang lain di hatiku untuk cinta yang lain…

Walau nyatanya sudah terbiasa dengan jarak, tapi rasanya momen itu begitu berbeda, ketika ia mengucapkan kata-kata ” ijab” menyerahkanku pada seseorang yang akan menjadi imam baruku, yah seseorang yang pada akhirnya menjadi yang terpenting dalam hidup, seseorang yang akan kudahulukan bahkan melebihi “Apa” dan “Mamah”..

Kalau kuingat momen-momen itu ada perasaan haru bercampur lucu. Saat itu adalah yang pertama dalam hidup “Apa” membelai dan mengusap-usap kepalaku,,seolah mau berkata “Teh, jadi istri yang shalihah yah”..(unforgettable moment lah)…

Dan kini,,walau aku sudah jadi istri orang,,ayahku tetaplah ayahku,,yang tiap kali menelpon akan berkata ” Muhun ku Apa di do’akeun”..(hah kalau sudah dengar kata-kata itu legaaa rasanya)

Ada seuntai kalimat menarik di TARBAWI yang kubaca. Seorang ayah berkata kepada anak gadisnya, “Jangan cengeng meski kamu seorang perempuan, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak: laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan ayah. Tapi jangan pernah kau gantikan posisi Ayah di hatimu.”

Iya,,kau takkan tergantikan,,hanya saja kini di hati itu ada ruangan lain untuk seseorang yang lain yang juga kucintai sama besarnya dengan aku mencintaimu…

Dan tetap,,, kelak di Yaumil Akhir aku ingin berjumpa dan berkumpul denganmu kembali..Suatu keinginan setelah kuinginkan pertemuanku dengan Rabb-ku, Rasulullah, dan juga orang-orang shalih lain yang Allah cintai.
Semoga Allah menjadikan kita bagian dari hamba-hamba yang Dia ridhai.

Continue reading ““Apa””

Tabi’in yang tak pernah berhenti berfikir

Ada seorang laki-laki dari Kufah yan disesatkan oleh Allah SWT. Dia termasuk orang terpandang dan didengar omongannya. Laki-laki itu menuduh di hadapan orang-orang bahwa Utsman bi Affan asalnya adalah Yahudi, lalu menganut Yahudi lagi setelah Islamnya.

Suatu hari serang tabi’in yang sangat terkenal pada masa itu menemui laki-laki tersebut dan berkata, ” Aku datang kepadamu untuk meminang putrimu untuk seorang sahabatku.” laki-laki itu berkata,” Selamat atas kedatangan Anda. Orang seperti Anda tidak layak untuk ditolak kedatangannya. Akan tetapi, siapakah peminang itu?” Beliau menjawab,” Seorang yang terkemuka dan  terhitung kaya di tengah kaumnya, dermawan dan ringan tangan, hafal kitabullah, menghabiskan malam dengan satu rukuk dan sering menangis karena takwa dan takutnya kepada Allah SWT.”

Laki-laki itu berkata ” Wah..wah..cukup, sebagian saja yang anda sebutkan, sudah  cukup baginya untuk meminang seorang putri amirul mukminin.” Tabi’in ini berkata,” Han ya saja ada satu hal yang perlu anda pertimbangkan.” Dia bertanya,”Apakah itu?” Lalu sang tabi’in ini menjawab,” Dia seorang Yahudi.” Mendengar hal itu, orang itu terperanjat dan bertanya-tanya,” Yahudi?! Apakah Anda ingin saya menikahkan putri saya dengan seorang yahudi? Demi Allah  aku tidak akan menikahkan putriku dengannya walaupun dia memiliki segalanya.”

Lalu tabi’in ini berkata,” Engkau menolah menikahkan putrimu dengan seorang Yahudi dan engkau mengingkarinya dengan begitu keras, tapi  kau sebarkan berita kepada orang-orang bahwa Rasulullah SAW telah menikahkan kedua putrinya dengan  Yahudi (yakni Utsman).”

Seketika laki-laki itu gemetaran tubuhnya lalu berkata,” Astaghfirullah, aku memohon ampun kepada Allaha atas kata-kata buruk yang aku ucapkan. Aku bertaubat dari tuduhan busuk yang saya lontarkan.”

***********

Pada  kesempatan lain, tabi’in tadi bertemu dengan orang-orang atheis yang mengingkari eksistensi Al-Khaliq. Beliau bercerita kepada mereka:

” bagaimana pendapat kalian, jika ada sebuah kapal diberi muatan barang-barang, penuh dengan barang-barang dan beban. kapal tersebut mengarungi samudera. Gelombangnya kecil, anginnya tenang. Tapi saat kapal sampai di tengah-tengah tiba-tiba terjadi badai besar. Anehnya kapal terus berlayar dengan tenang hingga samapi tujuan, padahal tak ada nahkoda yang menjalankan dan mengendalikan kapal ini. Masuk akalkah cerita ini?”

Mereka berkata,” Itu adalah sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal, bahkan oleh khayalan sekalipun, wahai Syaikh.” Lalu tabi’in ini berkata,” Subhanallah, kalian mengingkari kapal yang berlayar sendiri tanpa pengemudi, namun kalian mengakui bahwa alam semesta yang terdiri dari lautan, langit yang penuh bintang dan benda-benda langit serta burung yang beterbangan tanpa adanya Pencipta yan g sempurna penciptaan-Nya dan mengaturnya dengan cermat?! Celakalah kalian, lantas apa yang membuat kalian ingkar kepada Allah?”

***********

Begitulah beberapa contoh kisah sang tabi’in ini menghabiskah seluruh hidupnya untuk berda’wah menyebarkan dienullah dengan kekuatan argumen yang dianugerahkan Allah kepadanya. Beliau menghadapi para penentang dengan argumen yang tepat. Lalu siapakah tabi’in ini??

Beliau adalah ABU HANIFAH AN-NU’MAN, salah seorang tabi’in yang shalih dan sangat terkenal memiliki kekuatan dalam berhujjah, cepat daya tangkapnya, cerdas dan tajam wawasannya. Imam Malik berkata mengenainya, ” Dia adalah Nu’man bin Tsabit, yang seandainya berkata bahwa tiang mesjid itu emas, niscya perkataannya akan dipakai orang sebagai argumen.”

-dikisahkan ulang dari “Dongeng Abi” tgl. 7 Mei 2011 dan diambil juga dari buku “Mereka adalah para Tabi’in” karya DR.Abdurrahman Ra’fat Basya-

Pribadi Ibu (Bag.3)

Pribadi Androgynous

Tahukah Anda, ternyata tidak selamanya seorang ibu sebagai perempuan harus memelihara karakter feminin? Karena ternyata, perempuan pun tetap memerlukan karakter maskulin..Kedua karakter ini harus dimiliki baik oleh perempuan maupun laki-laki, tentu dengan porsinya masing-masing. Untuk perempuan, tentu karakter feminin adalah yang dominan, sedangkan untuk lai-laki karakter maskulin lah yang harus dominan. Pribadi yang mempunyai karakter seperti ini disebut pribadi Androgynous.

Sifat-sifat seperti tenang, diam,sabar, mengalah, mewngabdi, telate dan konsentrasi adalah beberapa kelompok karakter feminin. Karakter ini membuat wanita cocok untuk menjalankan tugas seperti merawatdan mendidik anak, menangani urusan domestik rumah tangga, dan melayani suami.

Adapun sifat- sifat yang meruapakan kelompok karakter maskulin anmatara lain kuat,berani mengambil resiko, suka tantangan,  berpandangan jauh ke depan, memiliki visi yang kuat, dan keras. Sifat-sifat ini sangat cocok dimiliki oleh laki-laki yang memang berperan sebagai pemimpin.

Namun demikian, seorang ibu tidak cukup dengan memiliki karakter feminin saja. Karena jika dominasi feminin ini terlalu besar, akan membuat si ibu terlalu sensitif,mudah stress, benar-benar pasif , tak punya inisiatif untuk mengisi waktu dengan hal-hal positif. Ibu akan cenderung suka menyia-nyiakan waktu untuk bersantai, ngobrol-ngobrol, atau bahkan bergosip.

Pribadi ibu yang ideal adalah yang didominasi karakter femini namun tetap memiliki karakter maskulin yang cukup. Inilah pribadi Androgynous, yaitu pribadi yang seimbang. Pribadi yang lembut dan sabar, namun tetap memiliki jiwa juang untuk terus belajar, berubah dan maju…

SEMANGAT PARA IBU !!!!

-dikutip dari buku ” Bunda Manajer Keluarga” karya Irawati Istadi, dengan sedikit perubahan-

LIMA SYARAT UNTUK PARA PENDOSA

Tadi pagi sewaktu mengacak-ngacak file di rak buku,,tiba-tiba menemukan lembaran buletin yang udah jadul banget…nama buletinnya FATIHA (23 Februari 2007)..jadi kangen masa-masa TPB dulu..FATIHA ini singkatan dari Farmasi-SITH,,ini nama untuk rohis kelas Farmasi-SITH ,,dan kami 2006 adalah FATIHA 1st..

Di buletin itu, ada salah satu tulisan dari sang kontributor yang judulnya..

LIMA SYARAT UNTUK PARA PENDOSA

1.Jika bermaksiat, jangan pernah memakan rezeki dari Allah

2. Jika bermaksiat, jangan tinggal di bumi-Nya

3. Jika masih bermaksiat, sementara engkau masih memakan rezeki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, carilah tempat bersembunyi dari Allah

4. Jika malaikat maut hendak mencabut nyawamu, katakan bahwa engkau belum mau mati sebelum bertaubat dan beramal shaleh

5. Jika malaikat Zanabiyah hendak menggiringmu ke neraka, janganlah engkau bersedia mengikutinya dan menjauhlah.

Maka bertafakurlah, adakah satu pun dari syarat ini yang bisa kita penuhi sehingga kita pantas bermaksiat kepada-Nya????

Wallahu a’lam

BIGOS

Muslimah biang gosip. Masa sih??

Well it happens. Ternyata gosip itu sudah menjadi bahan obrolan sehari-hari.

” Oo, si Mawar yang kalau jalan suka lirak-lirik cowok itu ya?”

atau

“Iya, ane tahu, yang selalu pakai baju press body itu, kan?”

Komentar senada mungkin pernah mampir di telinga atau justru lahir dari lisan kita.

Nah, sebenarnya seberapa bigos kah kita?

Katakanlah ada teman membawa berita yang terbilang aib, ada teman yang terkena VMD (Virus Merah Darah). Apa yang kita katakan?

“Masya Allah! Dia emang VMD nya ama siapa?”

“Eh, kok bisa sih aktivis da’wah kayak gitu?”

“Innalillahi. Tapi dia emang gitu sih, kurang menjaga hijab. Interaksinya dengan lawan jenis terlalu cair . Waktu itu juga dia bla…bla…bla…dll, masih inget kan?”

Nah lho!!!

Termasuk bigos juga kalau kamu sering kali ga bisa pegang rahasia yang udah diamanahkan seseorang kepadamu.

Kalaau kayak gitu sih bisa dibilang ‘nyebelin’. Bayangin deh perasaan kita yang udah janji akan amanah, malah nyeplosin ke mana-mana, dan sebelum kita sadar, seantero jadag udah tau rahasia tersebut.

Duh,,alangkah indahnya dunia jika muslimahnya benar-benar bisa dipercayakan, diandalkan, hingga menjadi saudara yang nyaman bagi orang-orang di sekitarnya, bisa yakin rahasiannya aman di tangan muslimah. Ini perlu banget, bukan hanya soal image, tapi menjaga kepercayaan sekitar kepada seorang muslimah.

-Diambil dari buku “Jangan Jadi Muslimah Nyebelin” karangan Asma Nadia, dengan berbagai perubahan-

Cleb…Cleb..Cleb

Astaghfirullah.. banyak sekali dosa lisan ini Ya Rabbb,,

“..Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia berkata yang baik-baik atau diam…”(HR Bukhari dan Muslim)

Orang yang disebut muslim adalah orang yang bisa menjaga tangannya dan lisannya dari menyakiti muslim lain.” (HR Bukhari).

Abdurrahman Al-Ghafiqi

“Al-Ghafiqi adalah tokoh yang percis dengan Musha bin Nushair dan Thariq bin Ziyad dalam hal ketinggian semangat dan cita-cita.” (Sejarawan)

” Seandainya tidak karena kemenangan Karel Martel atas muslimin dan panglimanya Al-Ghafiqi, tentulah spanyol akan bisa hidup dalam kearifan Islam, dan tidak terbelakang hingga delapan abad.” (Sejarawan Perancis)

Siapakah Abdurrahman Al-Ghafiqi ini????

Ketika Umar bin Abdul Aziz baru dilantik menjadi Khalifah, beliau mengadakan pergantian para gubernur dan pejabat secara besar-besaran, di antaranya adalah melantik seorang gubernur baru untuk Andalusia (sekarang Spanyol dan beberpa kota yang telah ditaklukkan di Perancis) bernama As-Samah bin Malik Al-Khaulani.

Sesaat setelah dilantik, hal yang pertama kali As-Samah bin Malik tanyakan adalah, ‘Masiih adakah generasio senior tabi’in di sini?” Orang-orang menjawab, “masih, di sini masih ada seorang tabi’in bernama Abdurrahman Al-Ghafiqi.” Kemudian As-Samah menawarkan kepada al-Ghafiqi agar sudi berkenan membantunya dalam jajaran pemerintahan, hanya saja tabi’in saat itu menolaknya.

Beberapa lama kemudian, As-Samah bin Malik merencanakan penyerbuan ke Perancis untuk menggabungkannya dengan wilayah kedaulatan Islam yang besar. Saat pertempuran terjadi di Touluse, ibukota Octania, kejayaan di pihak pasukan Islam sudah di ambang pintu, namun saat itu raja Octania mencari bantuan kepada raja-raja Eropa dan memprovokasi mereka. Hasilnya tak satu negeri pun melainkan mengirimkan pasukannya. Jumlah pasukan musuh begitu besar, namun As-Samah bin Malik tetap berada di baris terdepan hingga akhirnya sebuah anak panah mengenai dirinya, dan panglima tertinggi yang perkasa itu pun syahid.

Begitu mengetahui panglimanya gugur, goncanglah pasukan Islam dan hampir saja porak poranda oleh pasukan Eropa. Namun untunglah tampil seorang sosok yang cerdas dan selama ini disegani Eropa, yaitu abdurrahman Al-Ghafiqi.  Di bawah komando panglima baru ini , pasukan Islam mundur dan bertekad akan menebus kekalahannya.

***********

Setelah As-Samah syahid, Abdurrahman Al-Ghafiqi dibai’at menggantikan beliau. Sesaat setelah diangkat menjadi gubernur Andalusia yang baru, Al-Ghafiqi berkeliling ke seluruh pelosok negeri dan mengumkan bahwa pemerintah telah membuka semacam kotak pengaduan bagi rakyat yang merasa teraniaya, dan ini berlaku untuk seluruh rakyat baik muslim maupun non muslim. Inilah contoh bagaimana seorang pemimpin yang adil..

Suatu hari Abdurrahman Al-Ghafiqi mengundang seorang kafir dzimmi Perancis. Di antara isi perbincangannya adalah sebagai berikut: “Mengapa raja kalian, Syarl, tidak turununtuk membantu raja-raja lainnya yang berperang dengan kami?” Dzimmi itu menjawab:” Sesungguhnya panglima besar Anda, Musa bin Nushair, telah berhasil menguasai seluruh Spanyol. Kemudian dia ingin melintasi pegunungan Pyrenees yang memisahkan Spanyol dengan negeri kami yang indah. Maka raja-raja kecil dan para rahib itu menghadap raja kami dan berkata, ‘ Kehinaan apa yang aka menimpa kita wahai Maha raja?Kami mendengar tentang kaum muslimin dan mengira mereka akan datang dari timur, namun ternyata mereka datang dari barat dan langsung menguasai Spanyol. Jumlah mereka sebenarnya kecil dan persenjataannya mereka juga sedikit.”

Kemudian maha raja berkata,” Masalah ini sudah saya pikirkan dan saya kira saat ini kita tak perlu menghadapi mereka secara langsung. Mereka orang-orang bermental baja dan memiliki akidah yang kokoh, sehingga tak menghiraukan jumlah dan senjata. Mereka punya kejujuran dan iman yang lebih berharga dibanding senjata, pakaian perang atau kuda. oleh karena itu, lebih baik kita biarkan mereka, biarkan mereka terus menumpuk harta dan ghanimah, lalu merek membangun rumah dan gedung, juga melipatgandakan jumlah budak-bhudak mereka, dan lihatlah mereka pasti akan berebuit kekuasaan. Pada saat itu kita bisa menaklukan mereka dengan mudah tanpabanyak pengorbanan…

Tersentaklah Abdurrahman Al-Ghafiqi, sedih rasanya mendengar berita dari dzimmi tersebut..

*********

Abdurrahman Al-Ghafiqi melanjutkan perjuangan dalam menaklukkan wilayah-wilayah Perancis, dan kemenangan demi kemenangan diraihnya bersama pasukan muslimin dalam menghadapi Duke Octania. Dunia Eropa tersentak mendapati Perancis Selatan telah takluk di tangan Abdurrahman Al-Ghafiqi dalam waktu beberapa bulan saja. Orang-orang Eropa mulaui waspada dan bangkit untuk melawan pasukan Islam di bawah komnado karel Martel.

Hingga pada akhir Sya’ban 104 H pasuka Abdurrahman Al-Ghafiqi dan Karel Martel bertemu di kota Poitiers. Perang dahsyat ini tercatat dalam sejarah dan dikenal sebagai “balath Syuhada” karena banyaknya prajurit Islam yang syahid.

Pasukan Islam benar-benar dalam puncak kejayaannya, namun sayang punggung mereka terlalu berat membawa harta ghanimah yang berlimpah ruah. Abdurrahman Al-Ghafiqi merasa sedih dan khawatir, hingga akhirnya ia memerintahkan untuk menyimpan harta-harta tersebut di dalam tenda yang berfungsi sebagai gudang agar konsentrasi paasukan tidak tewrpecah anatara memandang harata dan musuh.

Namun saat peperangan telah berlangsung hampir delapan hari, dan bayang-bayang kemenangan pun sudah di depan mata, sekelompok prajurit barat menyerang gudang penyimpanan ghanimah dan menguasainya. Melihat hal itu, pasukan Islam mulai goyah. Sebagian pasukan memilih mundur untuk menyelamatkan harta mereka dan menyebabkan barisan depan rusak. Saat itulah Abdurrahman Al-Ghafiqi berusaha keras mencegah pasukannya mundur dan sebuah anak panah pun mengenai tubuhnya dan ia pun syahid di medan perang yang didambakannya…

Begitulah, semuanya telah menjadi sunnatullah terhadap hamba-Nya, tak ada kuasa merubah ataupun menggantinya..Peristiwa kekalahan pasukan Islam di Balath Syuhada ini laksana ulangan tragedi Uhud yang memilukan..

********

Seorang pemimpin redaksi majalah  “Review Parlementer” bernama Henry de Syambon mengatakan, “Seandainya tidak karena kemenangan Karel Martel atas muslimin dan panglimanya Al-Ghafiqi di Perancis, tentu negeri kita tidak perlu tenggelam dalam kegelapan kebodohan pada abad pertengahan. Dan kita juga tidak perlu mengalami pembantaian yang didasari oleh fanatisme sekte-sekte agama. Benar, seandainya tidak karena kemenangan Barat pada waktu itu, Spanyol akan bisa hidup dalam kearifan Islam dan tidak terhambat menerima arus kemajuan sampai delapan abad. Kita harus mengakui bahwa kaum muslimin adalah teladan tentang kemanusiaam yang sempurna di saat kita dulu masihbmenjadi manusia barbar yang ganas.”

***********

Diceritakan ulang dari “Dongeng Abi” tgl. 6 Mei 2011 dan diambil juga dari buku “Mereka adalah para Tabi’in” karya DR.Abdurrahman Ra’fat Basya

Kisah Imam Bukhari

Kelahiran dan Masa Kecil Imam Bukhari

Imam Bukhari lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju’fiy Al Bukhari. Beliau lahir pada hari Jumat, tepatnya pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M).  Kakeknya  merupakan keturunan Persi yang masih beragama Majusi, tetapi api orangtuanya,telah memeluk Islam di bawah. Sebenarnya masa kecil Imam Bukhari penuh dengan keprihatinan. Di samping menjadi anak yatim, juga tidak dapat melihat karena buta (tidak lama setelah lahir, beliau kehilangan penglihatannya tersebut).Tetapi ibunya sangat menyayanginya serta senantiasa berusaha dan berdo’a untuk kesembuhan beliau. Alhamdulillah, dengan izin dan karunia Allah, menjelang usia 10 tahun matanya sembuh secara total.

(Inilah kerennya seorang Ibu yang shalihah…Subhanallah..)

Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab As-Siqat, Ibnu Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai orang yang wara’ dalam arti berhati-hati terhadap hal-hal yang hukumnya bersifat syubhat (ragu-ragu), terlebih lebih terhadap hal-hal yang sifatnya haram. Ayahnya adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan murid dari Imam Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil.

Perhatiannya kepada ilmu hadits yang sulit dan rumit itu sudah tumbuh sejak usia 10 tahun, hingga dalam usia 16 tahun beliau sudah hafal dan menguasai buku-buku seperti “al-Mubarak” dan “al-Waki”. Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadits yang masyhur di Bukhara. Pada usia 16 tahun bersama ibunya, ia mengunjungi kota suci Mekkah dan Madinah, dimana di kedua kota suci itu beliau mengikuti kuliah para guru-guru besar ahli hadits. Pada usia 18 tahun beliau menerbitkan kitab pertamanya “Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien” (Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi’ien).

Bersama gurunya Syekh Ishaq, beliau menghimpun hadits-hadits shahih dalam satu kitab, dimana dari satu juta hadits yang diriwayatkan oleh 80.000 perawi disaring lagi menjadi 7275 hadits. Diantara guru-guru beliau dalam memperoleh hadits dan ilmu hadits antara lain adalah Ali bin Al Madini, Ahmad bin Hanbali, Yahya bin Ma’in, Muhammad bin Yusuf Al Faryabi, Maki bin Ibrahim Al Bakhi, Muhammad bin Yusuf al Baykandi dan Ibnu Rahwahih. Selain itu ada 289 ahli hadits yang haditsnya dikutip dalam kitab Shahih-nya.

Kejeniusan Imam Bukhari

Bukhari diakui memiliki daya hapal tinggi, yang diakui oleh kakaknya Rasyid bin Ismail. Kakak sang Imam ini menuturkan, pernah Bukhari muda dan beberapa murid lainnya mengikuti kuliah dan ceramah cendekiawan Balkh. Tidak seperti murid lainnya, Bukhari tidak pernah membuat catatan kuliah. Ia sering dicela membuang waktu karena tidak mencatat, namun Bukhari diam tak menjawab. Suatu hari, karena merasa kesal terhadap celaan itu, Bukhari meminta kawan-kawannya membawa catatan mereka, kemudian beliau membacakan secara tepat apa yang pernah disampaikan selama dalam kuliah dan ceramah tersebut. Tercenganglah mereka semua, lantaran Bukhari ternyata hafal di luar kepala 15.000 hadits, lengkap dengan keterangan yang tidak sempat mereka catat.

Ketika sedang berada di Bagdad, Imam Bukhari pernah didatangi oleh 10 orang ahli hadits yang ingin menguji ketinggian ilmu beliau. Dalam pertemuan itu, 10 ulama tersebut mengajukan 100 buah hadits yang sengaja “diputar-balikkan” untuk menguji hafalan Imam Bukhari. Ternyata hasilnya mengagumkan. Imam Bukhari mengulang kembali secara tepat masing-masing hadits yang salah tersebut, lalu mengoreksi kesalahannya, kemudian membacakan hadits yang benarnya. Ia menyebutkan seluruh hadits yang salah tersebut di luar kepala, secara urut, sesuai dengan urutan penanya dan urutan hadits yang ditanyakan, kemudian membetulkannya. Inilah yang sangat luar biasa dari sang Imam, karena beliau mampu menghafal hanya dalam waktu satu kali dengar.

Karya-karya Imam Bukhari

Karyanya yang pertama berjudul “Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien” (Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi’ien). Kitab ini ditulisnya ketika masih berusia 18 tahun. Ketika menginjak usia 22 tahun, Imam Bukhari menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci bersama-sama dengan ibu dan kakaknya yang bernama Ahmad. Di sanalah beliau menulis kitab “At-Tarikh” (sejarah) yang terkenal itu. Beliau pernah berkata, “Saya menulis buku “At-Tarikh” di atas makam Nabi Muhammad SAW di waktu malam bulan purnama”.

Karya Imam Bukhari lainnya antara lain adalah kitab Al-Jami’ ash Shahih, Al-Adab al Mufrad, At Tharikh as Shaghir, At Tarikh Al Awsat, At Tarikh al Kabir, At Tafsir Al Kabir, Al Musnad al Kabir, Kitab al ‘Ilal, Raf’ul Yadain fis Salah, Birrul Walidain, Kitab Ad Du’afa, Asami As Sahabah dan Al Hibah. Diantara semua karyanya tersebut, yang paling monumental adalah kitab Al-Jami’ as-Shahih yang lebih dikenal dengan nama Shahih Bukhari.

Dalam sebuah riwayat diceritakan, Imam Bukhari berkata: “Aku bermimpi melihat Rasulullah saw., seolah-olah aku berdiri di hadapannya, sambil memegang kipas yang kupergunakan untuk menjaganya. Kemudian aku tanyakan mimpi itu kepada sebagian ahli ta’bir, ia menjelaskan bahwa aku akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan dari hadits-hadits Rasulullah saw. Mimpi inilah, antara lain, yang mendorongku untuk melahirkan kitab Al-Jami’ As-Sahih.”
Terjadinya Fitnah

Muhammad bin Yahya Az-Zihli berpesan kepada para penduduk agar menghadiri dan mengikuti pengajian yang diberikannya. Ia berkata: “Pergilah kalian kepada orang alim dan saleh itu, ikuti dan dengarkan pengajiannya.” Namun tak lama kemudian ia mendapat fitnah dari orang-orang yang dengki. Mereka menuduh sang Imam sebagai orang yang berpendapat bahwa “Al-Qur’an adalah makhluk”.

Hal inilah yang menimbulkan kebencian dan kemarahan gurunya, Az-Zihli kepadanya. Kata Az-Zihli : “Barang siapa berpendapat bahwa lafadz-lafadz Al-Qur’an adalah makhluk, maka ia adalah ahli bid’ah. Ia tidak boleh diajak bicara dan majelisnya tidak boleh didatangi. Dan barang siapa masih mengunjungi majelisnya, curigailah dia.” Setelah adanya ultimatum tersebut, orang-orang mulai menjauhinya.

Sebenarnya, Imam Bukhari terlepas dari fitnah yang dituduhkan kepadanya itu. Diceritakan, seseorang berdiri dan mengajukan pertanyaan kepadanya: “Bagaimana pendapat Anda tentang lafadz-lafadz Al-Qur’an, makhluk ataukah bukan?” Bukhari berpaling dari orang itu dan tidak mau menjawab kendati pertanyaan itu diajukan sampai tiga kali.

Tetapi orang itu terus mendesak. Ia pun menjawab: “Al-Qur’an adalah kalam Allah, bukan makhluk, sedangkan perbuatan manusia adalah makhluk dan fitnah merupakan bid’ah.” Pendapat yang dikemukakan Imam Bukhari ini, yakni dengan membedakan antara yang dibaca dengan bacaan, adalah pendapat yang menjadi pegangan para ulama ahli tahqiq (pengambil kebijakan) dan ulama salaf. Tetapi dengki dan iri adalah buta dan tuli. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Bukhari pernah berkata : “Iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang. Al-Quran adalah kalam Allah, bukan makhluk. Sahabat Rasulullah SAW, yang paling utama adalah Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali. Dengan berpegang pada keimanan inilah aku hidup, aku mati dan dibangkitkan di akhirat kelak, insya Allah.” Di lain kesempatan, ia berkata: “Barang siapa menuduhku berpendapat bahwa lafadz-lafadz Al-Qur’an adalah makhluk, ia adalah pendusta.”

Wafatnya Imam Bukhari

Suatu ketika penduduk Samarkand mengirim surat kepada Imam Bukhari. Isinya, meminta dirinya agar menetap di negeri itu (Samarkand). Ia pun pergi memenuhi permohonan mereka. Ketika perjalanannya sampai di Khartand, sebuah desa kecil terletak dua farsakh (sekitar 10 Km) sebelum Samarkand, ia singgah terlebih dahulu untuk mengunjungi beberapa familinya. Namun disana beliau jatuh sakit selama beberapa hari. Dan Akhirnya meninggal pada tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas Shalat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri. Sebelum meninggal dunia, ia berpesan bahwa jika meninggal nanti jenazahnya agar dikafani tiga helai kain, tanpa baju dalam dan tidak memakai sorban. Pesan itu dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat setempat. Beliau meninggal tanpa meninggalkan seorang anakpun.

(Semoga Allah merahmati beliau..)

dikisahkan ulang dari “Dongeng Abi” pada tgl. 4 Mei 2011 dan juga diambil sebagian dari : http://opi.110mb.com/haditsweb/sejarah/sejarah_singkat_imam_bukhari.htm

Mawar

Mawar…

Inilah hadiah pertama darinya..

Mungkin secara fisik mawar-mawar itu sudah tak ada..

Tapi di hati, mawar itu tetaplah berbekas

Kebaikannya yang berbekas

Cintanya yang berbekas dan takkan hilang

InsyaAllah

Jazakallah khayran katsiran yaa jauzii

Pribadi Ibu (Bag.2)

Kecerdasan Emosi

Selain kecerdasan spiritual, seorang ibu pun harus memiliki kecerdasan lainnya yaitu kecerdasan emosi. Dalam keluarga, adakalanya berbagai konflik muncul yang sedikit banyak bersumber dari emosi. Maka, ketika seorang ibu memiliki kemampuan mengelola emosi yang baik, akan ada banyak persoalan yang bisa terselesaikan.

Beberapa aspek kecerdasan emosi yang penting dimiliki ibu diantaranya adalah kemampuan menahan marah, juga ketangguhan hati  untuk melawan kesedihan dan kegagalan.

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan

(QS. Ali Imran:133-134).

Dari Abu Hurairah RA, bahwa seseorang berkata kepada Nabi Saw : berwasiatlah kepadaku. Beliau bersabda : “jangan menjadi seorang pemarah”. Kemudian diulang-ulang beberapa kali. Dan beliau bersabda : “janganlah menjadi orang pemarah

(HR. Bukhari)

Seorang ibu yang cerdas secara emosi juga akan memiliki kepandaian berkomunikasi sehingga orang lain akan merasa nyaman berbincang dengannya. Ibu bisa mendengar pendapat orang lain dan ketika harus menegur suatu kesalahan pun akan dilakukan dengan cara yang bijak tanpa emosi yang meledak-ledak. Sifat-sifat ini tidak hanya penting untuk internal keluarga namun juga penting dalam kehidupan bermasyarakat, hingga bukan hal mustahil si ibu akan menjadi panutan di masyarakat.

Intinya, bagaimanapun ibu adalah tiang keluarga, teladan, sumber inspirasi,dan sumber kepribadian keluarga, maka seorang ibu haruslah memiliki kecerdasan emosi terlebih dahulu agar mampu membentks keluarga yang cerdas emosi pula..